Mengelola dan Membelanjakan Uang THR agar Manfaatnya Panjang, Begini Triknya!

Senangnya dalam hati mendapatkan guyuran THR yang dinanti-nanti!

Ramadan sudah menginjak hari ke-15, hari ini. Sudah separo jalan, gimana ramadan kamu? Alhamdulillah, saya masih berpuasa lancar jaya. Setiap hari sibuk memasak menu berbuka untuk keluarga dan membangunkan mereka sahur. Anak sulung saya semangat sekali berpuasa tahun ini. Usianya jelang 8 tahun dan dia sudah kuat puasa penuh, masyaallah. Cuaca yang panas belakangan ini kadangkala membuatnya menyerah dan memutuskan untuk berpuasa sambung, hehehe. Jadi, sekitar jam 2 siang dia minta berbuka, lalu lanjut lagi berpuasa sampai maghrib. Hehe, gapapa latihan berpuasa, ya. Si sulung ini cukup mirip saya. Kalau dibangunkan sahur mudah banget. Walau matanya masih merem ketika piring sudah saya sodorkan, haha. Bila sudah begitu, saya menawarkan diri untuk menyuapinya, hehe.

Alhamdulillah sahur saya tidak ribet jadi bisa santai menyuapi anak, sambil nonton Para Pencari Tuhan yang masuk tahun ke-15!!. Selama ramadan ini, saya bisa konsisten sahur sepiring buah. Hari-hari lain saya sahur coldpressed juice atau juice sayur 500 ml. Enak, enteng di badan. Saat berbuka pun lebih sering saya awali dengan sepiring buah, lalu lanjut menu yang sejauh ini tanpa nasi. Tiga hari ini menu di rumah temanya Asia terus, hehe. Udon ramen, lalu lanjut bulgogi beef dan kemarin ini saya bikin japanese curry.

Anyway, separo jalan lagi insyaallah kita bertemu Idul Fitri. Hari raya makin dekat, tentu saja ada satu momen yang sangat ditunggu-tunggu, yaitu pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), Kamu sudah cair THR-nya? Heheh. Bila kamu karyawan apakah itu pegawai swasta atau PNS, THR ini tentu sangat ditunggu-tunggu. Para PNS bahkan tahun ini akan menikmati tiga jenis pendapatan tambahan: gaji ke-13, THR dan tukin alias tunjangan kinerja. Wiiihh, mantap. Selamat, ya! Saya, sih, sudah keempat kalinya ini tidak dapet THR ya, wkk. Sebagai pekerja mandiri, saya kasi THR pada diri sendiri dari pendapatan saya selama setahun ini, jadi besar kecilnya tergantung kinerja saya setahun belakangan, haha.

THR: Habiskan Saja atau Sisihkan untuk Tabungan?

Dalam peta pendapatan (aih, petaaaa, haha), THR termasuk kategori pendapatan tahunan. Sesuai namanya, pencairan THR ini ditujukan untuk membantu para pekerja untuk membiayai pengeluaran tahunan seputar hari raya. Maklum saja, setiap hari raya, pengeluaran hampir pasti membengkak. Apakah itu untuk biaya mudik maupun biaya hari raya yang lazim seperti beli baju baru, beli makanan lebaran, dan lain sebagainya.

Kehadiran THR tahun ini juga mungkin jauh lebih ditunggu-tunggu ketimbang tahun-tahun sebelumnya menilik situasi kekinian di mana harga barang yang naik gak kira-kira kompaknya, wkk. Iya, lho. Mulai dari minyak goreng sampai harga BBM, kompak naik. Kita tahu, bila dua item itu naik harga, efeknya bisa kemana-mana. Contoh gampang, harga nastar, deh. Tahun lalu, harganya masih berkisar 50an ribu setoples. Sekarang mana ada segitu. Rata-rata di atas 80ribu per toples.

Nah, kendati THR ini dimunculkan untuk mendukung pengeluaran hari raya, apa bijak bila kita memakainya habis-habisan untuk konsumsi hari raya semata? Hmm. Jawabannya akan sangat bergantung pada situasi keuangan masing-masing orang, ya. Tidak semua orang juga, kan, yang merayakan lebaran. Dus, pengeluarannya akan sangat bervariasi bergantung kebutuhan masing-masing orang. Nah, supaya pendapatan ekstra berupa THR ini bisa membawa manfaat lebih lama, kita bisa mengelolanya lebih cermat.

Buat perencanaan

Secara umum, ada hirarki pengeluaran yang bisa kamu jadikan acuan pemakaian THR sesuai kondisi dan prioritas kamu. Apa saja? Cek di bawah ini:

1. Bayar zakat dan sedekah

Ada hak orang lain di harta yang kita miliki. Ini menjadi salah satu nilai utama ajaran Islam yang paling kena di hati saya. Nilai sosial, nilai solidaritas, nilai kepedulian pada sesama. Bulan ramadan ini menjadi bulan yang sangat luar biasa bagi kita yang ingin meningkatkan ibadah sosial, apakah itu zakat ataupun infak dan sedekah.

Seperti kita tahu, untuk zakat ada beberapa jenis. Ada zakat penghasilan/profesi yang kita bayar saban bulan. Ada juga zakat mal yang wajib dibayar jika sudah menemui nisab dan haul setahun. Juga, zakat fitrah yang wajib kita keluarkan sebelum Idul Fitri.

Nah, bila zakat penghasilan biasanya kita bayarkan dari pendapatan rutin, maka untuk zakat mal kamu perlu membuka catatan neraca keuangan kamu agar bisa menghitung lebih detil posisi terakhir harta kamu. Apakah sudah mencapai nisab yakni setara 85 gram emas? Mengacu harga emas saat ini, maka nisab 85 gram emas itu setara dengan uang Rp85 juta.

Bila harta kamu sudah mencapai Rp85 juta di mana angka itu tidak berubah (tidak berkurang) selama setahun belakangan ini, maka kamu wajib mengeluarkan zakat mal sebesar 2,5% dari total harta. Contoh, setahun belakangan ini harta kamu bertahan di angka Rp200 juta (sudah di atas nisab), maka besar zakat mal yang wajib dikeluarkan adalah sebesar Rp5 juta. Sedangkan bila harta kamu sempat menembus Rp200 juta tahun 2021 lalu, tapi karena satu dan lain hal, posisinya kini menurun di angka Rp80 juta, maka kamu tidak wajib mengeluarkan zakat mal karena tidak memenuhi haul setahun.

2. Bayar utang mendesak dan pengeluaran wajib

Ada utang yang mendesak harus dilunasi? Atau, ada pembayaran wajib yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat? Misalnya, pajak kendaraan bermotor, uang tahunan sekolah anak, atau premi asuransi tahunan yang jatuh tempo, dan sebagainya. Nah, kamu perlu cek rencana pengeluaran dalam waktu dekat apakah ada yang perlu sokongan pendapatan ekstra seperti THR ini? Utang mendesak dan pengeluaran wajib menempati urutan prioritas untuk ditutup. Namun, bila kamu sudah menyiapkan anggaran untuk pos-pos tersebut, kamu bisa lanjut ke prioritas berikutnya dan tak perlu memakai uang THR untuk menutupnya.

3. THR untuk pekerja rumah

Mempekerjakan Asisten Rumah Tangga (ART), babysitter ataupun sopir? Gunakan THR untuk memberikan mereka tunjangan hari raya. Besarnya berapa itu bisa disesuaikan dengan kemampuan kamu sebagai orang yang mempekerjakan. Kalau saya dulu biasanya memberikan 1x gaji ditambah bingkisan lebaran mulai baju baru sampai sembako lengkap. Jangan lupa juga berbagi THR untuk guru les, satpam komplek dan lain sebagainya.

4. Kebutuhan lebaran dan mudik

Kebutuhan lebaran memang banyak. Mulai dari makanan lebaran, baju lebaran bila kamu punya tradisi beli baju lebaran (dan kena harga lebaran, wkwkk), dan yang terbesar: biaya mudik, hehehe. Biaya mudik ini ga cuma ongkos bayar tiket kereta atau pesawat, ya. Bukan juga cuma biaya bensin dan tol bila kamu mudik dengan kendaraan pribadi. Di balik biaya mudik ada pengeluaran untuk biaya hidup selama di kampung halaman, pengeluaran oleh-oleh, belum lagi angpao untuk keponakan dan keluarga di kampung sana. Supaya tahu nilai kebutuhannya, kamu bisa bikin perkiraan berapa anggaran yang dibutuhkan untuk tiap pos.

Saya contohkan sedikit. Kalau kamu kayak saya yang punya kampung halaman di Jawa Timur sana dan mudik memakai kendaraan pribadi, biaya mudik lewat tol transjawa sekitar Rp3 juta-Rp4 juta hanya untuk tol dan bensinnya saja. Perinciannya, tarif tol sebesar Rp 727.500 dan isi bensin dua kali sekitar Rp1 juta. Jadi, biaya mudik-balik sekitar Rp3,5 juta. Itu belum termasuk jajan, oleh-oleh dan printilannya, wkkk. Biaya ini termasuk murah karena sudah biaya pulang pergi dan memuat 5 kepala. Bayangin kalau naik kereta atau pesawat untuk 5 kepala bisa 2-3 kali lipat, wkwkkk. Belum lagi bila ditambah kewajiban PCR secara pandemi masih di sini.

Biaya mudik ini boleh jadi akan memakan pendapatan THR terbanyak, ya. Jadi, jangan kaget kalau 50%-60% THR akan kesedot ke biaya mudik ini. Itung-itung membantu perputaran ekonomi daerah, hahaha. Nikmati saja indahnya mudik dan silaturahmi. Lebih-lebih lebaran tahun ini akan jadi semacam “revenge homecoming” setelah dua kali lebaran gabisa mudik gara-gara pandemi, yekan? Alhamdulillah tahun ini insyaallah pandemi sudah mau jadi endemi dan kita bisa mudik dengan lebih tenang.

5. Masukkan tabungan atau nambah investasi

Oke, alokasi kelima untuk THR bila memang uangnya masih nyisa (hahaha) adalah gunakan untuk menambah saldo tabungan atau nambah investasi. Apakah itu untuk saldo dana darurat maupun untuk investasi jangka panjang sesuai rencana future spending di masa depan. Kalau tidak bersisa dan ga ada yang bisa ditabung dari THR, gimana? Ya tidak apa-apa, kak. Namanya THR itu memang untuk hari raya, kok. Nabung nanti bisa kita ambilkan dari pendapatan rutin biasanya sesuai rencana keuangan bulanan.

Hanya saja, kecermatan pemakaian uang akan diuji. Jangan kemudian jor-joran banget sampai-sampai tak bersisa sedikitpun untuk ditabung. Padahal bila kita sedikit cermat, mungkin masih ada 10%-20% yang bisa kita tabungkan untuk keperluan di masa mendatang. Yang terdekat setelah lebaran Idul Fitri, misalnya, menyiapkan uang untuk membeli hewan kurban saat Idul Adha datang (pssstt, hari raya kurban hanya berjarak kurang lebih 2 bulan dari Idul Fitri, lho).

So, be wise with your money!

Gimana, gampang, kan kelola uang THR? Hehe. Semoga separo ramadan ke depan bisa kita lalui dengan lebih khusyu dan kita bisa meraih kemenangan di hari fitri. SEMANGAT!

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi