Kasus Covid-19 Naik Lagi, Ini Checklist Finansial agar Kita Bertahan di tengah Badai!

Pasca libur Lebaran, kasus Covid-19 di Indonesia kembali meroket. Tingkatkan proteksi diri dan keluarga. Bila sampai terinfeksi, biayanya tak kecil!

Usai libur Lebaran 2021, seperti prediksi banyak ahli, kasus Covid-19 kembali naik. Kali ini dengan kehadiran strain Covid Delta yang lebih infeksius. Saya seperti dejavu. Suara sirine ambulans kembali sering terdengar dari rumah. Kabar pengumuman kematian dari mesjid juga mulai sering terdengar. Begitupun pengumuman kematian di laman medsos dan permintaan donor plasma, permintaan ICU dan ventilator. Ini persis seperti periode Januari-Februari silam kala libur Natal dan Tahun Baru memicu meledaknya kasus Covid-19 di Indonesia… yang juga merenggut nyawa sahabat baik saya, Aviet, di Magetan, Jawa Timur, sana….

Siapapun pasti sudah letih sekali menghadapi pandemi ini. Ibarat lari maraton, keknya udah pegel aja gitu mau terus stabil berlari simply karena kita tidak tahu garis finish di mana. Tapi, kita emang tidak ada pilihan selain terus berikhtiar melindungi diri, yekan? Alhamdulillah saya dan suami sudah mendapat vaksin. Orang tua dan sebagian besar keluarga juga sudah vaksinasi. Ikhtiar tetap harus berjalan, perkecil risiko dan kelengahan… tanpa perlu menjadi paranoid berlebihan yang bisa membuat letih mental lebih parah…

Anyway, seperti yang pernah saya ceritakan di sini, saat suami saya harus isolasi mandiri karena kontak erat dengan temannya yang positif Covid-19, ketika itu pula ada extra expenses yang harus saya lakukan untuk mendukung isoman suami dan jaga imunitas keluarga. Yang biasanya jajan di Shopee cuma sebatas baju anak, skincare, homeware atau belanja dapur, mendadak saya harus belanja lagi stok masker lebih banyak, hand sanitizer, disinfektan, dan kawan-kawan. Belum lagi konsultasi dokter online dan nebus resepnya, suplemen ini itu, dan sebagainya. Thanks to emergency fund!

Biaya kesehatan memang mahal

Di Indonesia, setiap kasus positif Covid-19 ditanggung pengobatannya oleh pemerintah. Biaya perawatan pasien Covid-19 di Indonesia mencapai ratusan juta rupiah untuk kasus gejala sedang hingga parah. Akan tetapi, kendati sudah ada jaminan biaya perawatan, ketika angka kasus tinggi yang mengakibatkan tenaga medis kewalahan dan kapasitas rumah sakit tidak mampu menerima pasien tambahan, tidak sedikit pasien Covid-19 yang tidak punya pilihan selain menempuh isolasi mandiri. Terutama bagi yang bergejala ringan atau kategori orang tanpa gejala.

Nah, biaya selama isoman ini tidak ditanggung oleh pemerintah. Berdasarkan pengalaman isoman kilat suami, kita termasuk ga gede expenses-nya. Tapi, pengalaman teman-teman yang terkena Covid-19 beneran, lumayan juga biayanya. Pandemi ini, terutama di negeri kita, entahlah sampai kapan bisa benar-benar berakhir. Risiko terinfeksi masih tinggi. Pilihan termurah adalah tetap mengetatkan protokol kesehatan, social distancing dan jaga kesehatan agar tidak sampai sakit…

Saya coba membuat checklist yang bisa digunakan sebagai langkah persiapan finansial dalam mengantisipasi risiko-risiko kesehatan selama pandemi ini masih terjadi:

Kebutuhan perawatan kesehatan selama pandemi

Dalam situasi normal, kesehatan tubuh mungkin bisa dijaga dengan cara-cara mudah dan relatif murah. Seperti memastikan asupan makanan bergizi dan alami, berolahraga rutin, cukup beristirahat dan menghindari kondisi stres. Sebaliknya, di tengah pandemi yang berat, menjaga kesehatan menjadi lebih menantang. Dari segi pengelolaan stres, misalnya, akan sangat menantang dengan begitu banyak kabar buruk yang kita dengar.

1. Kebutuhan pencegahan

Berikut beberapa pos pengeluaran yang perlu kamu siapkan untuk mencegah infeksi Covid-19:

  1. Masker berkualitas: Masker adalah perisai utama agar kita terhindar dari penularan virus berbahaya Covid-19. Tentu bukan sembarang masker yang bisa kamu gunakan. Menurut rekomendasi World Health Organization (WHO), masker yang bisa membantu mencegah inflitrasi virus Covid-19 adalah masker medis N95, masker KN95, masker bedah minimal 3 lapis, masker kain dengan kualifikasi tertentu, misalnya masker kain bahan 100% katun 3 lapis dan masker kain sutra 4 lapis. Harga masker bervariasi mulai ribuan rupiah hingga ratusan ribu rupiah per pieces. Bila kamu ingin berhemat dan ramah lingkungan, masker kain berkualitas dapat menjadi pilihan karena bisa dicuci ulang. Sedang masker medis umumnya disposable atau hanya sekali pakai.
  2. Hand sanitizer: Apabila kita masih sering beraktivitas di luar rumah, memiliki persediaan hand sanitizer yang memadai adalah keharusan. Sebagai langkah hemat, kita bisa membeli dalam jumlah banyak sekaligus dan memindahkannya ke wadah kecil (travel size) saat keluar rumah. Harga hand sanitizer ukuran 1 liter juga bervariasi mulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000 tergantung pada komposisi bahan dan merek.
  3. Cairan disinfektan: Cairan pembunuh kuman ini penting untuk membantu kita memastikan rumah steril dari infiltrasi virus seperti Covid-19.
  4. Sabun dan deterjen: Frekuensi cuci tangan selama di rumah juga meningkat di tengah pandemi seperti ini agar memastikan tangan selalu steril dari virus dan kuman.
  5. Suplemen pendukung imunitas tubuh: Termasuk di sini adalah pembelian suplemen vitamin D dan C yang penting sekali untuk mendukung ketahanan tubuh dari serangan penyakit. Harga suplemen ini bervariasi tergantung pada kandungannya. Bisa mencapai ratusan ribu rupiah untuk suplemen bermerek terkenal.
  6. Asupan herbal seperti madu atau clover honey, habatussauda, spirulina, dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan perawatan untuk isolasi mandiri

Bagi orang yang terdeteksi terinfeksi Covid-19 dengan kategori tanpa gejala atau gejala ringan, isolasi mandiri wajib ditempuh minimal selama 14 hari. Rentang waktu itu dianggap cukup karena setelah lebih dari 14 hari, virus sudah tidak lagi infeksius atau menular.

Adapun bagi pasien bergejala sedang atau berat, lebih banyak disarankan untuk langsung mengakses fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan perawatan terbaik. Yang menjadi masalah adalah ketika angka infeksi tak terkendali sehingga membuat occupancy rate di rumah sakit melonjak tinggi, sampai-sampai seseorang harus mengantri untuk dirawat. Selama menunggu akses pengobatan, mau tidak mau seseorang yang sudah terinfeksi Covid-19 harus tetap melakukan perawatan mandiri di rumah.

Berikut beberapa pos pengeluaran untuk mendukung isolasi mandiri di rumah:

1. Peralatan untuk mengukur kondisi tubuh: Selama isoman, kamu wajib memantau kondisi tubuh setiap hari selama 14 hari. Beberapa indikator yang perlu dipantau antara lain suhu tubuh, tingkat saturasi oksigen, hingga tekanan darah. Jadi, keberadaan peralatan berikut ini wajib kamu sediakan di rumah yaitu termometer, oksimeter, tensimeter, dan lain sebagainya.

  1. Tabung oksigen: Covid-19 adalah penyakit yang menyerang pernafasan, jadi risiko sesak nafas amat besar. Sediakan tabung oksigen untuk pemakaian mandiri selama isoman. Harga tabung oksigen juga bervariasi, berkisar di atas Rp700.000-an per buah.
  2. Biaya konsultasi dokter jarak jauh: Hindari menempuh langkah medis seperti mengonsumsi obat tanpa konsultasi dengan dokter. Jadi, selama isoman, upayakan untuk terus berkonsultasi dengan dokter. Kamu bisa memanfaatkan aplikasi kesehatan yang menyediakan channel konsultasi online dengan biaya terjangkau.
  3. Obat-obatan: Sejauh ini belum ada rumus obat yang pasti untuk mengatasi Covid-19. Namun, dari banyak kasus yang sudah dialami, ada beberapa jenis obat yang dikatakan bisa membantu penyembuhan pasien Covid-19. Misalnya, obat antiradang untuk menurunkan risiko disfungsi organ dan cedera pada paru-paru, obat antivirus seperti remdesivir, obat pengencer darah, dan antibiotik. Penggunaan obat-obatan harus sesuai resep dokter karena dokter akan mengatur sesuai gejala yang dialami pasien.
  4. Suplemen pendukung kesembuhan: Termasuk di sini adalah berbagai jenis vitamin, juga suplemen herbal seperti obat-obatan dari China. Banyak fasilitas kesehatan yang juga menyediakan promo suntik vitamin atau immune booster ke rumah.
  5. Biaya tes antigen atau PCR swab: Untuk memastikan seseorang masih atau sudah tidak lagi terinfeksi Covid-19, perlu tes antigen ataupun PCR swab. Biayanya mulai Rp300.000 hingga jutaan rupiah per sekali tes.
  6. Pembelian Alat Pelindung Diri (APD): Ketika seseorang harus isoman di rumah, anggota keluarga yang merawat membutuhkan APD agar tidak sampai terinfeksi virus tersebut. Harga APD bervariasi mulai puluhan ribu rupiah.

Pengeluaran lain-lain yang tak kalah penting

Langkah paling aman ketika kamu atau anggota keluarga sampai terinfeksi Covid-19 adalah segera mendatangi fasilitas kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas supaya lekas mendapat perawatan medis terbaik. Namun, sering kali karena membludaknya jumlah pasien yang harus dirawat, pasien positif Covid-19 tanpa gejala atau gejala ringan, lebih banyak disarankan untuk melakukan isoman di rumah.

Isolasi mandiri di rumah bukan tanpa risiko. Bila kondisi rumah tidak memungkinkan untuk melakukan isoman, anggota keluarga lain yang rentan imunitasnya, berisiko tertular. Ada jalan lain yang bisa kamu tempuh bila isoman di rumah tidak memungkinkan, yakni mengambil paket isolasi mandiri yang ditawarkan oleh hotel atau penginapan.

Rata-rata isi paket isoman memungkinkan kamu isolasi mandiri selama 14 hari dengan dukungan makan minum terjamin, ada dokter yang bisa diakses dan diberikan obat-obatan dan tes yang dibutuhkan. Biayanya cukup besar, paling murah sekitar Rp10 juta per paket per orang. Ada juga paket isoman khusus bagi pelancong yang baru kembali dari luar negeri, rata-rata hanya selama 3-5 hari saja dengan biaya mulai Rp3 juta per paket per orang.

Sampai di sini, sudah jelas terlihat betapa besar biaya yang perlu dipersiapkan untuk mengantisipasi hal-hal tersebut. Tanpa persiapan yang memadai, kebutuhan-kebutuhan tersebut bisa mengguncang keuangan kamu. Bukan hanya kesehatan fisik yang menjadi taruhan, kesehatan finansial juga dapat terancam.

Dompet juga kudu tetap sehat

So, selain hal-hal penting di atas, tetap fokus juga memastikan kesehatan keuangan kita selama pandemi ini. Berikut ini yang langkah penting yang bisa kita tempuh:

1. Perkuat terus dana darurat

Dana darurat adalah pertahanan pertama keuangan pribadi dalam menghadapi ketidakpastian situasi akibat pandemi Covid-19. Kamu bisa menutup kebutuhan-kebutuhan yang datang tiba-tiba dengan sokongan dana darurat yang memadai sehingga tidak perlu melirik pinjaman.

Jadi, di tengah kondisi pandemi yang belum jelas kapan berakhir, fokuskan pendapatan agar dana darurat bisa lebih memadai. Misalnya, dalam kondisi biasa, dana darurat senilai enam kali nilai pengeluaran rutin bulanan mungkin sudah cukup. Di tengah kondisi pandemi, kamu bisa tingkatkan nilainya secara rutin hingga 12 kali nilai pengeluaran bulanan.

Cara memperkuat dana darurat mudah saja. Sisihkan minimal 10%-20% pendapatan rutin kamu ke rekening khusus dana darurat. Bisa juga ditempatkan di instrumen seperti deposito atau reksa dana pasar uang yang cukup likuid.

2. Amankan asuransi

Pertahanan berikutnya menghadapi situasi penuh risiko seperti pandemi adalah memastikan kebutuhan proteksi kita sudah aman. Miliki asuransi kesehatan untuk semua anggota keluarga dan asuransi jiwa bagi pencari nafkah keluarga. Walau pemerintah menjamin biaya perawatan pasien penderita Covid-19, keberadaan asuransi kesehatan pribadi bisa membantu kamu lebih tenang menghadapi risiko biaya kesehatan.

Sedangkan asuransi jiwa menjadi proteksi terhadap sumber pendapatan keluarga bila sewaktu-waktu pencari nafkah utama tutup usia, termasuk karena Covid-19.

3. Miliki prioritas pengeluaran

Situasi resesi telah melahirkan masalah finansial tak kecil. Penurunan pendapatan banyak dialami oleh hampir semua kalangan seiring tekanan perekonomian global. Ada yang mengalami pemangkasan tunjangan, terpaksa menerima keputusan unpaid leave (dirumahkan), bahkan vonis pahit pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dengan kondisi pendapatan yang menurun, bagaimana supaya kita tetap bisa memperkuat dana darurat dan memenuhi proteksi? Salah satu jalan mudah adalah dengan menata prioritas pengeluaran. Kamu bisa menempatkan pengeluaran seputar healthcare menjadi pos prioritas menggantikan pos pengeluaran lain yang hilang atau berkurang signifikan karena pandemi, seperti pos transportasi atau pos dining out setiap akhir pekan.

4. Aktif mencari tambahan penghasilan

Kondisi perekonomian memang tengah lesu karena pandemi memicu resesi sejak tahun lalu. Namun, jangan keburu berpangku tangan dan pasrah bila kamu mengalami penurunan pendapatan karena pandemi ini. Tetap bersemangatlah mencari tambahan penghasilan supaya pos kebutuhan baru seperti healthcare dapat tetap tertutupi.

Ada banyak ide side hustle yang bisa kamu jajaki tanpa modal besar. Misalnya, menjadi dropshipper atau reseller online untuk produk yang banyak diburu selama pandemi. Yaitu, frozen foods, kebutuhan seputar healthcare, kebutuhan seputar kerja dari rumah, dan lain sebagainya.

5. Jangan tunda lagi investasi

Apabila secara keuangan kamu tidak terpengaruh oleh pandemi yang brutal ini, ada baiknya tetap menjalankan rencana keuangan jangka panjang yang sudah kamu miliki saat ini dengan tetap berinvestasi.

….

“Every cloud has a silver lining”

Rada basi, sih, ungkapan itu. Tapi, ya, gimana lagi. Emang kudu tetap punya harapan baik, kan? Ya, ya, saya tahu, memang agak kesel dan frustrasi kala banyak negeri di luar sana sudah relatif “selesai” pandeminya, kayak di New Zealand, Amrik, Eropa bahkan sudah ada Euro Cup, huaaaa… sedang di negeri kita sendiri, masih kayak gini…

Tapi, lagi-lagi apa pilihan kita selain harus tetap optimistis, memegang harapan baik bahwa ini semua akan berakhir dan kita bisa kembali aman beraktivitas tanpa ketakutan seperti sekarang…

Apa pilihan lain selain kita harus melindungi diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai supaya terhindar dari penyakit dan marabahaya lain yang bisa fatal akibatnya…

Let’s give our best shot. Keep the faith!! Stay safe, stay alive!

Love,

RK

*tulisan ini dimuat juga di sini.

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi