Penting untuk Terbuka, Tapi Ada Juga Rambu-Rambunya

Sebelum janur kuning melengkung, tidak perlu berlebihan membagi yang belum waktunya dibagi. Apa saja batasannya?

Dalam sesi IG Live bersama BKKBN Official dan SiapNikah pada 3 Juli lalu, saya udah sharing topik tentang “bicara uang dengan calon pasangan sebelum resmi menikah”. Antusiasme audiens ternyata cukup besar. Pertanyaan yang masuk banyak, haha. Dan ada salah satu pertanyaan masuk yang cukup menarik. Begini, nih, pertanyaannya: “Boleh gak sih buka tabungan bersama dengan calon untuk persiapan dana menikah? Atau untuk nabung kebutuhan uang muka KPR nanti biar pas udah nikah bisa langsung kejar akad kredit?”

Jawabannya udah pada tahu belum?

Yes, boleh-boleh saja asalkan nabungnya di rekening sendiri-sendiri, ya. Selama belum resmi terikat secara hukum menjadi pasangan suami istri, jangan pernah sekali-kali menggabungkan aset. Karena apa? Iya, kalau lanjut sampai menikah. Apapun bisa terjadi selama janur kuning belum melengkung. Ketiadaan ikatan hukum bisa runyam urusannya nanti.

LoL

Orang suka bilang “Money is more taboo than sex“. Memang benar uang adalah isu sensitif dalam hubungan jenis apapun. Apakah itu hubungan pernikahan, hubungan keluarga, pertemanan, dan sebagainya. Berapa banyak rumah tangga karam karena urusan uang. Berapa banyak hubungan keluarga retak perkara duit. Banyaklah. Nah, balik lagi ke pertanyaan di atas; bila sebelum nikah sebaiknya kita membiasakan mengenali dan mengetahui profil finansial orang yang akan kita nikahi, sampai sejauh mana batasannya? Sejauh mana keterbukaan finansial dengan calon pasangan sebelum resmi menikah, bisa dijalankan?

Prinsip utama adalah ikatan hukum. Selama kamu dan pasangan belum terikat secara resmi di mata hukum, pada dasarnya masing-masing orang adalah unit ekonomi sendiri-sendiri. Tidak terkait. Kalau pernikahan, sudah ada ikatan hukum dan diatur hak serta kewajiban termasuk perkara finansialnya. Jadi, kelak saat terjadi konflik bahkan perceraian, urusan finansial itu ada rujukan penyelesaiannya.

Nah, kalau masih tunangan apalagi baru pacaran? Belum ada ikatan hukum apa-apa, gaisss. Jadi, sebaiknya kamu perhatikan batasan atau rambu-rambunya sebagai berikut:

1. Hindari membagi informasi rahasia

Keterbukaan memang hal penting dalam sebuah hubungan. Banyak orang percaya, keterbukaan finansial merupakan salah satu bentuk kedewasaan hubungan dan bentuk kepercayaan yang baik dari pasangan. Beberapa kalangan bahkan beranggapan keterbukaan finansial adalah bukti komitmen kuat. Yang jadi pertanyaan, sejauh mana keterbukaannya? Bila kamu belum resmi menikah, bicara tentang besar gaji itu oke-oke aja sebagai bagian dari ikhtiar mengenal sosok calon sebaik mungkin. Cuma, tidak perlu juga sampai membagi PIN ATM kamu, kan, gaisss?

Hindari membagikan informasi rahasia seperti PIN kartu debit, kartu kredit, informasi detil aset-aset yang kamu miliki, nilai tunai asuransi, slip gaji juga ga perlu kali dibagi ke yang masih calon, ya…

Khusus untuk aset dan nilai pendapatan, kamu boleh membagi informasi sebatas kisaran saja dengan catatan hubungan memang tinggal selangkah lagi. Kalau masih pacaran haha hihi, jangan dulu lah ya.

2. Bagi informasi umum saja

Jadi, apa aja dong yang boleh dibagi informasinya dengan pasangan belum resmi? Boleh berbagi informasi umum saja. Misalnya, bank tempat kamu membuka rekening atau produk-produk keuangan yang kamu miliki, tanpa menyebutkan nomor rekening apalagi nominal yang kamu tanamkan di dalam produk-produk tersebut.

Membagikan informasi umum ini juga kalau ada konteks obrolan kesana dan untuk menunjukkan bahwa kamu punya kesadaran mengatur keuangan dengan baik. Semoga dengan membuka informasi umum tersebut, calon pasangan pun punya kesadaran yang sama untuk mengelola keuangan dengan baik. Lebih penting banyak-banyakin bertukar pikiran tentang pandangan dan prinsip finansial yang dijalankan dan diidealkan.

3. Jangan bikin ”ikatan” sebelum waktunya

Selama kita belum terikat resmi oleh hukum negara, sebaiknya tetap berlakulah seperti orang asing perihal keuangan. Artinya, kamu dan pasangan tetaplah individu yang terpisah dan tidak berhubungan satu sama lain tentang keuangan.

Contoh konkretnya gimana? Tidak perlu membuka rekening atau tabungan bersama. Walau mungkin tabungan itu sebenarnya diperuntukkan untuk menyiapkan dana pernikahan kalian. Boleh aja nabung bareng, punya target bareng, tapi nabung di rekening sendiri-sendiri saja.

Ini preventif aja. Tidak ada yang bisa menjamin hubungan kalian bakal lanjut sampai pernikahan yang resmi secara hukum negara dan agama. Bukan bermaksud ngedoain atau pikiran jelek, tapi better safe than sorry. Kalau belum resmi udah nyampur-nyampurin duit trus ndilalah putus, iya kalau mantannya “bener” alias mau kembalikan aset? Kalau enggak? Sakitnya dobel-dobel deh. Kamu juga gak punya dasar hukum apapun untuk mengklaim duit kamu yang udah nyampur dengan mantan itu, gais, karena emang gak ada ikatan resmi di antara kalian.

4. Bila perlu, lengkapi dengan “hitam di atas putih”

Pada prinsipnya, selama kamu dan pasangan belum terikat secara hukum negara, anda berdua adalah individu yang terpisah dari segi hak dan kewajiban finansial. Jadi, apabila kamu dan pasangan hendak melakukan kerja sama bisnis, bertindaklah sebagaimana dua orang yang berbisnis. Bukan sebagai pasangan yang berbisnis.

Contohnya gimana? Misalnya, nih, ya… pacar atau calon pasangan kamu hendak merintis bisnis. Trus ngajakin kamu sebagai pemodal. Romantis kali ye bisnis bareng pacar, ehem. Saran profesional: berlakulah profesional sebagai investor. Salah satunya dengan memformalkan posisi kamu sebagai investor dalam dokumen perjanjian hitam di atas putih. Hal yang sama juga bisa kamu terapkan saat pasangan atau kamu sendiri hendak meminjam uang pada pasangan. Pastikan ada perjanjian hitam di atas putih yang jelas. Langkah ini lebih aman untuk kalian berdua, sehingga ketika di perjalanan terjadi masalah, ada penyelesaian yang jelas tanpa perlu membawanya ke ranah pribadi alias baper.

Perkecualian bila kamu emang niatnya “memberi” ya. Beda lagi urusannya. Misalnya mungkin ada yang mikir gini: “Ah, sama calon masak gitu-gitu banget, terlalu kaku ah..” Ya, silakan saja, risiko ditanggung penumpang, haha. Kalau teman saya ada yang ambil jalan tengah. Jadi, dia gak mau pake surat-surat gitu segala tapi dia kasi pinjaman utang atau modal sebatas nilai yang sekiranya itu tidak dikembalikan, dia tidak sakit hati alias ikhlas.

5. Ketahui pandangannya tentang uang

Selama masa penjajakan, pekerjaan utama setiap orang sebenarnya adalah mengenali karakter calon pasangan sebaik mungkin. Termasuk di sini adalah bagaimana pandangan dan sikap calon pasangan kamu terhadap uang. Kamu bisa mengamatinya dari cara dia memperlakukan uangnya. Bisa juga mencoba mengetahuinya dengan mengajak pasangan berdiskusi tentang uang secara umum.

Misalnya, bagaimana pandangan ia tentang utang. Kemudian, bagaimana pandangan pasangan kamu tentang mengenai perjanjian pra-nikah (pre-marital agreement), apakah menurutnya hal itu penting atau tidak. Bisa juga kamu mencoba mengetahuinya dari pengamatan, misalnya saat berada di pusat perbelanjaan yang tengah menggelar banyak diskon, seperti apa reaksi pasangan. Apakah ia memiliki kecenderungan belanja impulsif, cenderung terlalu hemat bahkan pelit, dan lain sebagainya.

6. Kenali kebiasaan keuangan

Setiap orang dibesarkan dengan budaya keuangan masing-masing yang diajarkan orang tua mereka sejak kecil. Di masa pacaran, sebaiknya kamu fokus mengetahui kebiasaan finansial pasangan supaya bisa lebih mudah mengenali pribadinya. Kebiasaan pasangan terkait finansial akan berpengaruh besar ketika kamu nanti menjadi pasangan resmi dalam sebuah pernikahan.

Mengenali kebiasaan keuangan bisa dengan melihat dari aktivitas sehari-hari pasangan bersama kamu. Misalnya, apakah pasangan hobi memakai kartu kredit untuk transaksi sehari-hari? Ketika datang tagihan kartu kredit, biasanya pasangan membayar 100% atau hanya membayar minimal payment. Lalu, bagaimana cara yang ia tempuh dalam mengelola keuangan? Dan sebagainya. Tidak perlu terlalu vulgar mencari tahu secara langsung hingga menimbulkan perasaan terintimidasi pada pasangan. Kamu bisa, kok, mencari cara yang halus dan casual melalui obrolan dan pengamatan selama beraktivitas bersama. Kreatiflah ngorek-ngorek gitu, mah, hahaah.

7. Kumpulkan informasi prinsip

Ketika hubungan kamu bersama pasangan semakin beranjak serius, ada baiknya kamu lebih aktif berbagi informasi yang lebih substantif. Ini supaya kamu tidak seperti “membeli kucing dalam karung” ketika memasuki gerbang pernikahan. Banyak sekali kasus rumah tangga yang diawali ketidakjujuran perihal finansial. Padahal, selama kamu tidak memiliki perjanjian pranikah, apa yang menjadi aset dan kewajiban pasangan adalah juga milik Anda. Jadi, semisal calon suami Anda adalah seorang pebisnis yang memiliki utang cukup besar. Ketika Anda menikah tanpa perjanjian pranikah, utang yang dimiliki oleh suami juga menjadi beban Anda.

Emang, sih, ada Undang Undang yang mengatur bahwa aset atau utang yang didapat/dimiliki sebelum pernikahan, menjadi milik sendiri-sendiri. Cuma, kan, ya pada prakteknya banyak juga yang kebawa sampai pas udah nikah. Pasangannya ikut keseret. Keuangan keluarga ikutan terseret.

Maka itu, bila hubungan sudah di tahap serius, sebaiknya kamu memberanikan diri mengumpulkan informasi-informasi prinsip seperti besar utang atau kewajiban, apa saja tanggungannya, kesepakatan pengelolaan uang kelak saat sudah terikat resmi, apakah istri akan tetap bekerja saat sudah memiliki anak dan lain sebagainya.

Nah itu dia 7 hal penting untuk kita perhatikan perihal keterbukaan finansial dalam hubungan yang belum resmi. Semoga bermanfaat, yah!

*disclaimer: sudah saya tulis juga di sini.

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi