Jangan Malu Bicara Uang sebelum Menikah! (daripada nyesel, hee...)

Masalah ekonomi menjadi salah satu penyebab terbesar perceraian di Indonesia. Wuihhh. Kok. Serem. Salah satunya sebab: saat penjajakan malu-malu bicarain duit. Padahal duit itu penting!

Banyak pasangan muda yang terkaget-kaget ketika baru memasuki gerbang pernikahan. Bukan cuma kaget karena, “Ih bojoku ganteng-ganteng ternyata jorok, naruh handuk basah sembarangan…” atau “Duuhh, bojo ayu kok ternyata ileran kalau tidur pake ngorok pula, ckckkck…”

Kekagetan-kekagetan khas pasangan baru menikah. Haha.

Maklum, ya, menikah itu bukan cuma status di KTP saja yang berubah. Semula kita terbiasa hidup sendiri. Mengurus dan menikmati semua sendiri. Mau bangun siang, kek. Mau beli ini itu, kek. Semua diputuskan dan dirasakan sendiri. Tapi, begitu memilih hidup bersama dengan orang yang kita pilih melalui ikatan pernikahan, otomatis keadaan berubah drastis. Ada tanggung jawab baru yang harus kita emban. Ada peran baru yang kita bagi.

Hidup bersama dalam ikatan pernikahan bukan cuma menuntut kesiapan untuk beradaptasi dengan kebiasaan dan karakter pasangan yang mungkin mengagetkan kita. Saat memutuskan menikah, kita juga kudu siap berbagi (hampir) semua bagian hidup kita dengan pasangan… Yah, sebenarnya bukan “dituntut”, ‘sih, diksi yang tepat itu. Itu pilihan bahkan kebutuhan. Menikah itu pilihan kita karena kita ingin dan butuh berbagi hidup bersama orang istimewa yang kita pilih (terkecuali situ nikahnya dijodohin hahaha).

Berbagi bukan cuma berbagi kasur aja, gais. Saat sudah menikah, mau tidak mau kita juga berbagi perihal keuangan.

Beberapa kalangan menganggap tabu membicarakan perihal uang. Apalagi ketika belum terikat secara resmi dalam pernikahan. Bahkan beberapa orang merasa segan karena khawatir dianggap materialistis oleh pasangannya. Apakah kamu berpikir seperti itu juga? Belum terlambat untuk mengubah mindset tersebut.

Suka tidak suka, uang adalah bagian vital dalam sebuah pernikahan. Saking vitalnya, masalah finansial bisa menjadi sumber masalah dalam pernikahan, lho. Di Indonesia, permasalahan keuangan ini menjadi salah satu penyebab utama perceraian.

Data Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung menyebutkan, sepanjang tahun 2016-2018 terdapat 1,1 juta pasangan yang bercerai. Sebanyak 46,6% perceraian dipicu oleh pertengkaran terus menerus yang tidak bisa didamaikan. Penyebab kedua adalah masalah duit. Di mana 28,2% pasangan menikah rumah tangganya karam karena masalah ekonomi.

Bicarakan sebelum terikat resmi

source: Unsplash

Pernikahan akan menyatukan dua manusia yang memiliki latar belakang berbeda dan mimpi yang mungkin juga berbeda-beda. Salah satu perbedaan yang mungkin akan kita hadapi ketika berada di dalam ikatan pernikahan adalah cara pandang masing-masing tentang uang dan cara pengelolaan finansial.

Sebagai contoh, pasangan saya termasuk orang yang cenderung spontan dan gak terlalu suka berencana. Termasuk perihal duit. Go with the flow. Ini keknya tidak terpisahkan dari karakternya yang easy going dan phlegmatic. Suami saya walau dia terbilang go with the flow, tapi dia punya pengendalian diri cukup kuat alias jaraaaag sekali terjebak belanja impulsif. Jadi, dia bisa hemat dengan sendirinya tanpa perlu mendisiplinkan diri, haha.

Sebaliknya, saya orang yang cenderung impulsif termasuk saat berbelanja. Punya kecenderungan boros. Tapi di saat yang sama, saya juga mementingkan persiapan untuk apapun. Target minded. Gak nyaman dengan yang serba dadakan. Itu mengapa saya membutuhkan financial planning untuk membantu saya mengelola keuangan supaya lebih baik. Dan biar saya gak “hantam kromo” perkara perduitan, LoL.

Perbedaan karakter itu bisa jadi persoalan bila tidak dikomunikasikan atau dicari titik tengah. Pasalnya, ketika menikah kelak akan banyak sekali tujuan keuangan bersama yang membutuhkan kerjasama kuat (karena butuh duit banyak, haha), seperti membangun rumah, menyekolahkan anak, dan lain sebagainya.

Saya yakin hampir semua rumah tangga menghadapi juga perbedaan-perbedaan gaya finansial seperti itu. Tanpa komunikasi yang baik, bisa dipastikan masalah finansial akan jadi salah satu batu kerikil tajam dalam pernikahan (apalagi kalau udah berkaitan dengan ketidakjujuran salah satu pihak tentang keuangan… atau tentang kebiasaan berutang yang gak sehat. Hmmm).

Maka itu, bila saat ini kamu sudah serius hendak menikah, mulailah memberanikan diri membahas isu finansial. Mulailah dengan niat baik karena bagaimanapun komunikasi yang terbuka dan lancar antar pasangan tentang keuangan akan membantu pernikahan kelak menjadi harmonis dan lebih kuat.

Tidak usah keburu bingung bagaimana memulai pembicaraan tentang uang bersama calon pasangan. Justru berani membicarakan topik sensitif seperti uang secara terbuka, itu pertanda hubungan kamu cukup berkualitas, kali, haha.

Ada beberapa topik krusial soal finansial yang perlu kamu bahas bersama calon pasangan sebelum menikah, diantaranya:

1. Pendapatan

Hal yang perlu kita bicarakan secara terbuka bersama calon pasangan adalah tentang profil pendapatan. Ini bukan indikasi bersikap materialistis alias “matre”, lho, ya. Dengan mengetahui sumber pemasukan masing-masing, berapa jumlah dan kapan biasanya menerima pendapatan tersebut, kamu dan calon pasangan bisa mengetahui gambaran tantangan keuangan di depan.

Saya dan suami saat masih pacaran dulu emang gak nyebut spesifik sih pendapatan masing-masing berapa, wkwk. Tapi, karena kami bekerja di industri yang sama, kami sudah tahu berapa kisaran gaji masing-masing, LoL. Semakin terbuka dan gamblang, semakin bagus, sih. Tapi, kalau kamu enggak nyaman mengungkap angka persis, bisa pake kisaran aja.

Contoh lain, misalnya saja calon pasangan kamu adalah seorang wirausaha muda yang memiliki usaha kecil berprospek bagus. Saat ini, usaha tersebut masih dalam tahap pengembangan. Sumber pendapatan calon pasangan adalah dari usaha tersebut. Ini berarti, kamu sebagai pasangan kelak harus memahami dan mengantisipasi profil pendapatan calon pasangan sebagai wirausaha yang cenderung tidak pasti. Apalagi masih tahap startup alias usaha rintisan.

Dengan saling terbuka tentang profil pendapatan masing-masing, kamu dan pasangan akan lebih mudah menyusun rencana keuangan bersama sebagai satu keluarga.

2. Gaya pengeluaran

Memiliki pendapatan yang besar belum tentu menandakan seseorang itu sejahtera. Banyak kasus terjadi di mana gaji seseorang sebenarnya memadai, tapi karena kebiasaan keuangannya cenderung konsumtif, dia tidak mampu menabung sama sekali. Sehingga, uang gajinya tak bersisa.

Maka itu, hal kedua yang perlu kita bicarakan bersama calon pasangan adalah tentang gaya pengeluaran atau konsumsi. Apakah kamu atau calon pasangan termasuk boros? Apakah termasuk kalangan yang rela belanja habis-habisan untuk menuruti hobi dan lain sebagainya.

Maka itu, jangan berhenti membicarakan tentang profil pendapatan, kamu dan calon pasangan juga perlu mengungkapkan secara terbuka bagaimana selama ini gaya pengeluaran masing-masing. Memahami gaya pengeluaran masing-masing akan membantu kalian mengidentifikasi bagaimana kelak pengelolaan keuangan bersama yang nyaman bagi kalian berdua.

3. Jumlah tanggungan dan utang

Ini juga sangat penting untuk dibahas bersama calon pasangan sebelum menikah. Terutama bagi kamu yang hendak menikah tanpa berbekal perjanjian pranikah atau pre-nuptial agreement. Ajaklah calon pasangan untuk saling terbuka tentang utang yang kini ditanggung.

Apakah masing-masing memiliki beban utang? Utang apa saja dan berapa cicilan tiap bulan? Serta, sampai berapa lama periode cicilannya. Dengan mengetahui beban utang masing-masing yang dimiliki, kamu dan pasangan akan lebih memahami profil keuangan masing-masing.

Pemahaman tentang utang yang tengah ditanggung juga membantu kalian kelak supaya tidak kelimpungan ketika sudah terikat pernikahan kelak. Memang bila mengacu pada hukum perkawinan, utang dan harta yang diperoleh sebelum ikatan pernikahan, menjadi milik dan tanggungan masing-masing (cek pasal 35 dan 36 UU Perkawinan). Tapiiiii, faktanya saat sudah nikah, akan lebih mudah keseret-seret… karena saat menikah, harta dan utang suami istri menyatu seiring status pernikahan. So, saat suami atau istri kamu ngemplang utang ke sebuah pihak, kamu juga bakal diuber ama debt collector. Males, kan?

Bicarakan juga jumlah tanggungan. Apakah kamu atau calon pasangan masih menanggung sekolah adik? Atau, menanggung kehidupan orangtua yang sudah pensiun? Semua fakta finansial itu perlu diungkap supaya tidak berisiko menjadi masalah di kemudian hari. Buanyak rumah tangga yang jadi eker-ekeran (bahasa Gresik: ribut, berantem) gara-gara urusan tanggung menanggung keluarga ini.

4. Pembagian tanggung jawab

Nah, setelah mengetahui profil keuangan masing-masing, saatnya beranjak lebih jauh ke pembagian tanggung jawab. Cobalah bicara dengan calon pasangan akan seperti apa kelak pengelolaan keuangan saat menikah. Apakah tetap jalan sendiri-sendiri atau membuat akun rekening bersama (joint account)?

Membuka joint account akan memudahkan kalian membagi tanggung jawab keuangan. Sebagai gambaran, kamu dan calon pasangan tiap bulan menempatkan sekian dana yang disepakati untuk biaya operasional rumah tangga. Ini bisa ditempuh terutama oleh suami istri yang sama-sama bekerja. Rekening tersebut menjadi rekening operasional untuk membayar segala macam tagihan rutin rumah tangga. Mulai listrik, internet hingga belanja bulanan.

5. Tujuan keuangan bersama

Hidup dalam pernikahan berarti kita sudah tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Sebelum menikah, tidak ada salahnya kamu dan calon pasangan mengungkapkan rencana keuangan ke depan.

Misalnya, kalian berdua belum memiliki rumah sendiri untuk ditempati pasca pernikahan kelak. Jadi, rencana pertama adalah mengontrak rumah lebih dulu sembari mengumpulkan uang muka pembelian rumah. Karena prioritas pertama adalah rumah, maka keinginan memiliki mobil pribadi perlu ditunda terlebih dulu.

Memiliki mimpi atau tujuan keuangan bersama bisa membuat kita mengetahui apa saja yang perlu diprioritaskan dan bagaimana strategi pengelolaan keuangan yang paling cocok.

Itulah 5 hal penting yang perlu dipertimbangkan setiap calon pasangan suami istri demi masa depan finansial lebih cerah di masa mendatang. Sudah siap bicara sekarang?

*) artikel sudah dimuat di sini

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi