Remarkable Year 2018: Ketika Tujuan Keuangan Besar Terwujud

Selain tema resolusi keuangan 2019, akhir tahun seperti ini kayaknya sudah otomatis pikiran ini akan diajak untuk berefleksi apa saja yang sudah terjadi selama 2018… Bagi saya dan keluarga, tahun 2018 ini menjadi tahun yang sangat istimewa. Ada banyak hal yang membuat tahun ini menjadi spesial bagi kami.

Yang paling utama, di tahun 2018 ini akhirnya kami berhasil mewujudkan salah satu milestone finansial penting. Yes, alhamdulillah, target kami mendirikan rumah sesuai kebutuhan dan selera akhirnya tercapai. Pembangunan relatif cepat. Kurang lebih hanya 5 bulanan. Ubek urus-urus beneran terhitung sejak pulang mudik Lebaran Juli lalu.

Sebenarnya, sejak awal tahun 2018, bahkan mungkin tahun sebelumnya, kami sudah mulai menyicil persiapannya. Mulai dari konsultasi dan mengurus gambar rumah dengan beberapa arsitek. Ada beberapa arsitek yang kami coba hubungi dan minta penawaran. Tapi, karena budget kami cukup ketat, akhirnya kami beralih ke kerabat sendiri, haha. Kebetulan kakak ipar memiliki usaha jasa gambar rumah yang sudah banyak membuat pesanan gambar untuk berbagai proyek, baik itu proyek rumah tinggal individu maupun proyek perumahan developer.

Kelar urusan gambar, yang mendesak adalah mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Maklum, urusan birokrasi biasanya lama. Jadi, saat kami bahkan belum memutuskan penawaran kontraktor mana yang kami pilih, IMB sudah jadi, haha. Beberapa kontraktor yang kami hubungi memberikan penawaran. Sampai akhirnya kami deal dengan salah satu kontraktor dan awal Agustus pembangunan sudah dimulai.

Kami juga sudah mendapatkan rumah kontrakan sementara yang akan kami tinggali selama proses pembangunan berjalan. Alhamdulillah, kami menemukan rumah kontrakan yang tidak jauh dari rumah kami, sehingga setiap saat kami bisa mengecek progres pembangunan rumah.

Tahap awal pembangunan, masih tersisa bentuk rumah lama

Proses pembangunan terbilang cukup cepat. Si kontraktor menjanjikan waktu sekitar 5 bulan. Bila lebih dari itu, maka segala konsekuensi akan ditanggung si kontraktor. Termasuk di sini adalah biaya-biaya tukang, air dan listrik.

Singkat kata singkat cerita, memasuki bulan Desember 2018, pembangunan rumah kami sudah mencapai 95% dan tinggal finishing kecil-kecil saja. Ini dia penampakannya:

Insyaallah di tahun baru 2019 kami menempati rumah baru. Alhamdulillah. Satu target besar, satu milestone kami sebagai keluarga akhirnya terwujud.

Update:

Alhamdulillah, Ahad tanggal 30 Desember 2018, kami sudah bisa pindah ke rumah kami yang sudah berubah wajah total. Keinginan kami melewatkan malam tahun baru di rumah baru pun terpenuhi.

Inilah penampakan terakhir #rumahcendana …. masih ada banyak PR: merapikan dapur, belum pesan kitchen set. Belum lagi printilan kayak kelengkapan gorden, dan sebagainya. Pelan-pelan, ya, antri, nih, dompetnya, hahaha.

Secara umum, persiapan budget pembangunan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

  1. Biaya gambar bila pembangunan memakai jasa arsitek/jasa desain rumah. Gambar ini penting untuk pengajuan IMB.
  2. Biaya total pembangunan rumah (bila memakai jasa kontraktor borongan, ada biaya fee kontraktor besarannya sekitar 10% dari total biaya pembangunan). O, ya, biasanya selama pembangunan, beban biaya air dan listrik di site project ditanggung oleh si pemilik rumah. Jadi selama 5 bulan kemarin, kami menanggung biaya utilitas dua rumah. Untuk rumah yang lagi dibangun, kami menanggung airnya saja, listrik tidak. Pernah tagihan PAM mencapai Rp500.000 hahahaha, pas banyak dipakai untuk ngecor… itu tagihan air terbesar sepanjang sejarah keluarga kami, wkkw.
  3. Biaya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
  4. Biaya menyewa rumah kontrakan sementara selama pembangunan berjalan.

Biaya total pembangunan rumah adalah yang terbesar. Kita bisa menentukan apakah membiayai sepenuhnya sendiri, atau 50:50 dengan pembiayaan dari bank atau 100% memakai kredit pemilikan rumah (KPR) renovasi. Kita tinggal menyesuaikan dengan kondisi finansial dan mana pilihan paling strategis.

Hal paling penting yang perlu selalu kita ingat adalah: membangun rumah itu akan sangat menguras biaya. Makanya, menjadi sangat penting untuk mengetahui berapa sebenarnya kemampuan kita. Jangan sampai memaksakan diri membangun rumah tanpa perhitungan matang sehingga membuat kondisi keuangan pribadi menjadi tidak sehat dan berantakan.

Prinsip yang sama terutama perlu diperhatikan bila kita memilih membangun rumah dengan fasilitas KPR dari bank. Hitungan tentang rasio kemampuan cicilan utang perlu dipastikan tidak melebihi 35% dari total pendapatan rutin. Begitu juga bila memakai dana sendiri, kita perlu memastikan pemakaian dana tersebut tidak mengganggu tujuan keuangan lain yang sudah berjalan.

Next time, saya akan membuat postingan khusus tentang serba serbi persiapan biaya pembangunan rumah.

ps: credit featured photos dari sini.

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi