Merintis Bisnis Sendiri, Siapa Takut? Ini Cerita tentang Waroeng Yuk Har

Merintis bisnis sendiri sebagai bisnis sampingan adalah salah satu resolusi saya tahun 2018 ini. Kita tidak akan pernah tahu tanpa pernah mencoba. Inilah cerita saya dengan Waroeng @WaroengYukHar.

Assalamualaikum 🙂

Yuuuhuu!

Kalender sudah berganti, bahkan bulan Januari 2018 saja sudah mau kelar, haha. It’s ok. Better late than never, right?Mencari waktu yang leluasa untuk bloggingdi laman pribadi ini, ternyata enggak gampang.

Juggling sana sini tetep belum bisa cari celah. Niat awal, sih, blogging at least sepekan sekali saat akhir pekan dan saat anak-anak sudah tidur. Kenyataannya apa? Haha. Pas weekend datang, ada aja acara dan pas anak-anak merem, mamaknya pun turut lelap, LoL.

Demikianlah.

Tapi, saya tetap ingin melunasi utang untuk absen di blog pribadi ini walau terlambat, hehe. Kali ini, saya ingin berbagi tentang resolusi tahun baru. Rada basi, sih. Tapi, gak juga deng. Masih awal tahun, masih belum terlambat untuk setup target finansial, lho 😉

Beberapa waktu lalu, saya sempat membuat artikel tentang resolusi tahun baru juga di laman web kantor. Ide-ide resolusi tahun baru khususnya untuk perkara finansial, yang bisa kita ambil. Mulai dari melengkapi perlindungan finansial dengan asuransi jiwa, lebih tertib mengelola keuangan pribadi, mulai menyicil rumah sampai merintis bisnis sampingan.

One of them are mine, too.

Khusus kali ini saya ingin berbagi tentang salah satu resolusi finansial tahun ini: serius merintis bisnis. Check this out 😉

Punya bisnis sendiri adalah cita-cita saya dan suami yang notabene saat ini masih menjadi manusia-manusia yang terlena dengan gajian, haha. Bukan sok ikutan tren doang, sih. Kami sekadar percaya, dengan membangun bisnis, kami bisa lebih mengoptimalkan manfaat kami di atas bumi ini. Konkretnya, membuka lapangan kerja kecil-kecilan. Kegemaran kami menikmati makanan enaklah yang akhirnya menjadi muara itu. Ya, kami memilih merintis bisnis kuliner.

Sedikit kilas balik, sebenarnya usaha kuliner ini sudah kami rintis sejak tahun 2016 lalu, saat anak kedua saya masih merah, hehe. Lha iya, kelahiran lapak Waroeng Nasi Krawu Yuk Har terjadi saat saya tengah cuti lahiran si Aqshal. Sebuah usaha yang bermula dari kegemasan suami saya saat mendapati istrinya yang tengah hamil mengidam makanan khas kota Gresik: Nasi Krawu. Waktu itu saya saking ngidam, menitip beli nasi krawu pada seorang teman yang kebetulan sedang ke Gresik. Singkat cerita, terpuaskanlah ngidam saya memakan makanan legendaris dari bumi para wali itu.

Tapiiiiii, walau beli seharga Rp 100.000, porsi yang didapat pelit banget. Habis hanya untuk 3 kali makan. Suami saya jadi gemes apalagi melihat saya kayak masih kepengen aja makan nasi krawu lagi (emang dasar bini gembul, sih, hehe). Jadilah sebagai suami siaga dia berinisiatif menelpon ibu saya, khusus untuk menanyakan resep masak nasi krawu. Atas nama cinta (ceileh), suami saya pun mencoba membuat nasi krawu berdasarkan resep dari sang ibu mertua. Hasilnya? Enak! Saya pun makan lagi dengan lahap, haha.

Lalu, kejadian itu berlalu sampai akhirnya kami berdua terpikir untuk mencoba serius menjadikannya lapak kuliner. Dengan eksperimen berkali-kali, berbagi tugas mengolah bahan di dapur, saya juga bertugas sebagai quality control (menimbang lidah saya yang Gresik aseli, hehe), lahirlah Waroeng Nasi Krawu Yuk Har. Kami memulainya dengan membuka lapak di Instagram @WaroengYukHar

Tak dinyana, sambutannya cukup meriah. Banyak order datang, mulai dari orang yang memang kami kenal, orang yang baru kami kenal, hingga selebritis, hehe. Alhamdulillah. Bersyukur bila banyak orang yang bisa ikut menikmati enaknya nasi khas dari Gresik ini.

Waktu itu, kami menangani semua sendiri, kami kerjakan di sela-sela kesibukan kami bekerja di kantor dan sebagai orangtua dua anak. Juggling all the way. But it was fun 🙂

Sampai akhirnya, saya resign dari tempat kerja lama dan pindah ke kantor yang menerapkan jam kerja 9 to 5. Suami saya juga sibuk dengan tugas-tugas jurnalistik ditambah proyek jurnalistik di luar kota. Sedang kami belum sempat membangun sistem yang mandiri. Kami bertindak sebagai pemodal sekaligus sebagai manajer sekaligus sebagai pramusaji. Jadi, saat kami tidak bisa hadir, bisnis kami ini ikutan mati suri, hihi. Apa yang kami lakukan sebelumnya adalah sebatas berdagang, bukan berbisnis. Padahal cita-citanya adalah berbisnis, haha. Enggak nyambung, kan? So, lesson learnt 🙂

Alhamdulillah, memasuki tahun 2018 ini, we’ll back to the game! Tentu saja kali ini kami ingin lebih serius dan ingin stick to our vision. Belajar dari pengalaman dari bulan-bulan dan tahun-tahun sebelumnya, kami mencoba perbaiki apa saja bolongnya dan apa yang seharusnya perlu kami bangun.

Insyaallah, akhir Februari 2018 nanti, Waroeng Nasi Krawu Yuk Harakan hadir kembali. Yay!

Dan bukan cuma melalui Instagram, ya. Kami akan hadir di tengah-tengah pelanggan, tepatnya di Kota Tangerang. Lokasi persis, hanya berjarak tak sampai 1 kilometer dari Stasiun Poris, Tangerang. Persis di jalan utama lalu lalang kendaraan ke stasiun, juga ke pusat Kota Tangerang dan arah ke area sentra kuliner Poris, Kota Tangerang. Insyaallah akan menjadi awal baru yang baik. Aaamiiiin.

Jadi, bila ada yang menanyakan apa resolusi finansial saya tahun 2018? Saya akan menjawab: membangun bisnis rintisan, salah satunya.

Resolusi lain apa, ya?

Ada beberapa yang juga ingin saya wujudkan tahun ini, yaitu merampungkan renovasi rumah. Sedang untuk hal-hal lain, seperti memastikan rencana-rencana keuangan terus berjalan, lebih disiplin mengelola keuangan dan memperluas horizon investasi, itu juga akan saya perjuangkan terus lanjut.

Good luck y’all!

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi