Bedrest Lagi...

Di tangan kanan dan kiriku kini dua-duanya ada jarum menancap. Yang kiri jarum infus. Yang kanan jarum kantong darah. Yah, inilah hidup. Kita enggak bisa tahu akan terjadi apa sedetik ke depan..

Baru kemarin aku posting tentang insomnia dan heartburn yang menyerangku malam-malam. Juga cerita tentang hasil kontrol rutin ke obgyn. 24 jam kemudian cerita sudah berbalik 180 derajat. 

Minggu malam itu aku memang merasa capek sekali. Mungkin dimulai dari hari Senin kali ya. Senin aku ke kantor nyicil infografis edisi khusus sesuai pesanan bos agar bisa dikelarin Senin itu. Aku jadiin. Meski ujung2nya zonk soalnya orang grafis gak juga ngegarapnya biarpun bahan sudah aku taruh di folder umum. Ya udahlah yang penting sudah aku cicil. 

Selasa masuk kantor juga ngamanin bahan edsus lagi juga reguler. Rabu, aku tidak ke kantor. Tidak ada yg mengantar karena Teguh ada acara raker di Puncak, Bogor. Mau naksi, dia ga bolehin karena khawatir aku kecapean. Ya udah di rumah sama Attar sambil ngamanin bahan tulisan. Kamis baru ke kantor menggarap dua item sekaligus. Syukur lancar semua. 

Oya, Kamis itu ART ku absen karena anaknya kena diare. Attar kami titipkan ke kakek neneknya. Jumat pagi, badannya anget… Eh ndilalah dia kena diare juga. Pusinglah awak. Soalnya Jumat itu aku niat ke kantor mau kelarin satu item edsus sekalian ikut rapat redaksi. Tadinya mau bawa Attar karena papanya toh tengah libur. Tapi lihat kondisinya, aku enggak tega. Akhirnya aku nekat ke kantor naik KRL. Teguh semula melarang. Tapi aku ambil jalan tengah. Cuma naik sampai Tanah Abang. Abis itu ganti angkot. Artinya, aku enggak pake acara naik turun tangga. Pulangnya tetep dia jemput. 

Nah, hari Sabtu agenda kami adalag kontrol rutin ke obgyn. Teguh ada undangan kawinan anak tetangga. Tinggallah aku sendiri sama Attar. Kondisiku seperti biasa pegal2 namun kali ini tulang paha pantat kerasa linu banget… Saking sakitnya aku sampe nangis, huhu. 

Seperti aku cerita di posting sebelumnya, hari itu cukup oke dengan kabar pertumbuhan berat badan janin yg sesuai target. Keesokan hari, kami pergi ke pasar tradisional lalu siangnya datang ke acara arisan mertua. 

Di tempat arisan, iya aku kecapekan. Capek karena gerah luar biasa. Langit mendung tapi ogah hujan. Duh rasanya energi yg harus aku keluarkan jadi berlipat-lipat. Aku enggak tahan gerah. Ketika gak hamil aja sumukan apalagi pas hamil begini. Sesampai di rumah aku langsung tepar tidur. 

Pas malem, aku ngerjain PR baru di depan laptop. Attar tidur dikelonin papanya. Jam setengah 10 aku masuk kamar dan serangan heart burn datang lagi. Pun kelinuan tulang paha itu. Teguh coba meredakan dengan pijitan sampai aku tertidur. Tapi dia ga ikutan tidur. Mumpung air sedang deras keluar, dia nyalain mesin cuci. Sambil nonton teve. Aku tidur sama Attar. 

Lagi enak-enak tidur, aku merasakan sesuatu keluar di bawah sana. Terkesiap bangun. Kamar kan selalu gelap saat tidur. Aku enggak tahu apa yg keluar itu. Semula ku kira keputihan tapi kok banyak. Akhirnya dg setengah ngantuk aku bangkit ke kamar mandi. Jangan-jamgan air ketuban…

Terseok-seok ke kamar mandi, Teguh berseru “Itu darah, beb!” Pas sampai di kamar mandi, aku langsung berseru istighfar melihat panties berlumuran darah. Kali ini jauh lebih banyak daripada perdarahan awal Oktober lalu…

Perdarahan Minggu malam itu sampai berlelehan di paha juga kaki. Dan menetes-netes di lantai…

Kami bergegas membawa Attar yg tengah terlelap ke rumah neneknya. Lalu memacu kendaraan ke rumahsakit. 

Dan di sinilah aku sekarang…

Berharap bisa bertahan sampai UK 38 minggu sehingga baby A cukup umur untuk lahir. Perdarahanku Alhamdulillah sudah berhenti. Tinggal flek. Dokter menyuruhku total bedrest 3 pekan hingga jadwal SC dilakuin. Aku udah pamit ama bos. Utk bedrest. Dan kemungkinan lanjut cuti lahiran. Kondisiku sudah tidak memungkinkan utk kerja. Soalnya kalau sampai perdarahan lagi, aku harus lahiran. 

Yah moga aja bertahan. Tiga minggu tidak lama. Terakhir USG tadi, BBJ tercatat 2,57 kilogram. Semoga tidak meleset hitungannya. Moga aja hitungannya meleset ke atas, hehehe. 

Lantas, kenapa kok sampai ditransfusi darah? Itu karena hasil tes darahku, HB di bawah limit. Minumal 10,5. Tapi aku tadi 9,8. Transfusi darah supaya HB ku normal dan meminimalisasi risiko perdarahan bila sewaktu-waktu harus operasi. Oya, ini tadi aku juga udah disuntik pematang paru dua kali. 

Ya Allah semoga engkau berkenan memberi kelancaran, kemudahan juga keselamatan. Aaammiiin.  

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi