Hectic Week: Pregnant Mom in Journo Life

Akhirnya, bertemu juga dengan hari Jumat.

I’ve never longing for friday like yesterday, haha. Pekan yang padat itu akhirnya terlewati juga. Dari hari Senin aku enggak bisa nafas. Senin, dihadang dua halaman edisi khusus. Dan karena ada acara menarik di Grand Hyatt, ingin mendengarkan paparan Dr. Doom si Roubini, aku bela-belain liputan dulu meski hari itu dua halamanku sudah harus beres.

Ke lapangan dan bertemu beberapa muka lama. Rasa penasaranku mendengarkan dan bertemu langsung dengan Nouriel Roubini akhirnya terjawab. Sebenarnya kemarin itu ketiga kalinya dia ke Indonesia. Yang pertama aku lupa kapan. Nah yang kedua dia datang diundang BKPM, tapi aku enggak bisa kesana waktu itu. Jadilah kemarin. Lumayanlah. Kendati aku enggak terlalu impressed dengan apa yang dia paparkan tentang Indonesia. Pas sesi tanya jawab, aku coba nanya lagi informasi yang ku butuhkan untuk nambahin bahan edisi khusus. Still, he didn’t answer my questions clearly. Malah akhirnya aku berkenalan dengan orang Goldman Sachs, yang lebih open ngomong. Tapi nyebelinnya di akhir sesi ngobrol dia bilang : You can’t quote without permission from my corporate secretary. Hahaha. Sial! Ya gapapalah, jadi background aja dah hahaa.

Aku liputan sampai sekitar jam setengah dua siang. Balik ke kantor naik ojek. Alhamdulillah, dede bayi enggak rewel. Teguh pas tau aku naik ojek, dia rada kesel gitu kelihatannya. Biasa, suami overprotektif, hihihi. Tapi tukang ojeknya tau aku sedang hamil, jadi dia bawa motornya juga enggak preman seperti ojek-ojek biasanya. Sampai kantor udah hampir setengah tiga. Pas aku buka Incopy, langsung pengin joget-joget. Halamannya kegusur iklan dong, satu halaman full. Hahaha. Jadinya, jatahku tinggal satu halaman saja. Untuk hari itu. Giliran aku yang kebingungan menyortir bahan dari reporter agar kepake efektif dan sesuai angle yang dimau. Di tengah kekhusyukan menggarap tulisan, meledak isu tentang Jilbab Hitam. Ah, kerjaan satu halaman itu jadi yang lamaa baru kelar hahaha, diselingi ngerumpi, hihihi. Syukurlah sebelum jam 9 udah beres. Pulang dan istirahat tidur.

Selasa, masih ada dua halaman edisi khusus yang harus diselesaikan. Superdeadline. Dengan kecepatan sedang, kelar juga itu tulisan jam 8-an. Apakah aku sudah bisa bernafas lega? Tentu tidak! Edisi reguler masih menunggu, belum tersentuh sama sekali. Satu halaman tentang investasi emas, satu setengah halaman untuk rubrik kocek, dan satu halaman tentang bursa&rupiah. Hmpphffff.

Untuk emas, cukup ringan karena aku sudah punya bahan awal dari kapan hari. Reporter hanya mengulang dan melengkapi yang masih bolong. Beres cepat. Tapi tetep, aku pulang ke kosan jam 8-an. Nah, yang kocek ini. Lagi-lagi cukup tertolong ada iklan, heuheue. Kamis biasanya aku selalu ingin memastikan kerjaanku tinggal satu. Kamis kemarin perkecualian. Masih ada dua kerjaan numpuk. Berusaha tenang dan enggak stres. Untungnya semua terhandel dengan baik. Kejutan belum selesai…

Ternyata kompartemenku giliran piket dong! Omaigoddd… Padahal jam delapan malem itu badanku rasanya udah pengin ambruk. Punggung dan leher pegel kaku banget. Butuh pijit buanget. Tapi ya gimana lagi, tuntutan kerjaan. Aku enggak bisa kabur dari piket begitu saja hahaha. Secara tenaga piket di tempatku juga cuma aku as asisten editor, bosku, sama redaktur. Tapi aku tahu batas ketahanan tubuhku hanya sampai jam 10 malam, haha. Kerjaan udah kelar sekitar jam setengah sembilan, jadi langsung aku kebut untuk piket. Jam 10 badan rasanya udah nggeliyeng. Aku lihat, masih banyak  tulisan yang coklat alias di level reporter. Padahal tugas piketers adalah mengoreksi tulisan-tulisan yang sudah dilolosin oleh pemred. It means, perjalanan masih puanjaaaang dan lamaaa, hahaha.

Setelah memiketi sekitar 22 item, aku pamit ke bosku. Jam setengah sebelas. Untung bosku baik haha. Diizinkanlah aku pulang… badanku udah sempoyongan rasanya. Aku elus-elus terus perutku, meminta dede bayi agar tetap kuat.. Dan anakku memang bakat tangguh, hehe. Sampe kosan langsung blekkk…. tapi tetep gabisa langsung tidur. Jam 12 teng baru bisa merem…

Kabar ayah Teguh gimana? Duh, dia sibuk banget acaranya di New York. Komunikasi makin minim. But i didn’t sweat it. Ah bentar lagi pulang ini! Ya sutralah.

Iya, mungkin salah satu yang membuatku kuat dan semangat adalah fakta bahwa kepulangan Teguh tinggal hitungan hari. Hari Senin ini dia sudah sampai ke Indonesia. Can’t wait!!! Hehehe. Malam ini akan jadi malam terakhir aku tidur di kamar kos. Besok pulang ke Cendana, dan hari Senin jemput ayah Teguh di bandara. Asyiikkk!! Hehe.

Have a nice weekend y’all!

Comments

Banyak dibaca

Jakarta, Saya dan Seribu Cerita...

Darurat Literasi Finansial Mahasiswa di Kampus

Tarif Listrik Mahal, Turunkan Daya Listrik Jadi Solusi: Begini Cara Menurunkan Daya Listrik

Strategi Pengelolaan Keuangan Generasi Sandwich Tanpa Drama

Inflasi Tinggi Makin Mencekik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Jastip Tipu-Tipu Menelan Korban Miliaran Rupiah: Waspadai Penipuan Jastip Skema Ponzi